Untuk pos hari ini, saya memposting mengenai "Hadits Tentang Tiga Hal Yang Menyertai Jenazah"
Jika anda ingin mengshare ulang, saya mohon ikut sertakan kutipan dari blog saya, makasih ^_^
Jika anda ingin FIle yang sudah jadi, Silahkan DOWNLOAD filenya DISINI !!! :D
Jika anda ingin FIle yang sudah jadi, Silahkan DOWNLOAD filenya DISINI !!! :D
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT,karena
berkat rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini,sholawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi SAW,yang menjadi panutan seluruh alam.
Tulisan singkat yang ada dalam
makalah ini berisi uraian tentang HADIST TIGA HAL YANG MENYERTAI JENAZAH.
Harapan penulis,semoga karya sederhana ini dapat menambah ilmu bagi
pembaca dan bermanfa’at.
Tiada gading yang tak retak,demikian pepatah.Begitu pula tulisan ini
tentu tidak luput dari berbagai kekurangan.Oleh karena itu segala macam tegur
dan sapa dari pembaca sangat dinanti dengan tangan terbuka.
Tasikmalaya, 28 Januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
masalah
Hidup,
mati, suka, dan duka adalah keniscayaan. Itulah lika-liku mengarungi kehidupan.
Mati adalah awal kehidupan. Dan, setiap awal pasti ada akhir, yaitu mati.
Hidup
adalah pangkal kematian. Karena hidup bergerak menuju kematian. Hidup adalah
perjalanan menuju bersatunya raga dengan ibu pertiwi. Jadi, hidup dan
mati, pasti datang silih berganti.
mati, pasti datang silih berganti.
Kematian
diawali dengan kehidupan. Dan akhirnya kehidupan akan berakhir pada kematian.
Dengan demikian tidak ada yang kekal dan abadi. Yang kekal adalah siklus hidup
dan mati. Itulah hukum alam yang hakiki. Hukum yang mengikat setiap kehidupan
dan kematian.
Tidak
ada mati jika tidak ada hidup. Dan tidak ada hidup yang berakhir pada mati.
Oleh sebab itu, jangan takut mati. Karena kematian pasti akan datang. Jangan
mencari mati. Karena kematian pasti akan menjemput.
Jika
hidup perjalanan menuju mati, maka selama hidup, lebih baik memperbanyak
kebaikan. Karena kebaikan pasti lebih dirasakan tinimbang kejahatan. Kebaikan
akan melahirkan doa. Dan doa akan menggetarkan hati menuju kebahagiaan.
Bersyukur diri dalam keadaan apapun dijadikan sebagai menu
keseharian. Karena bersyukur tanda keikhlasan dan ketulusan. Mereka yang ikhlas
niscaya menjalani hidup dengan gembira dan bahagia. Tidak ada tekanan, tidak
ada tuntutan, selalu mencari kedamaian demi kebaikan bersama.
Oleh
karena itu dalam hidup harus tahu diri di mana dan untuk apa hidup. Bahwa hidup
tidak bersendiri. Orang lain juga bagian dari hidup dan akan berakhir dengan
mati. Sehingga untuk apa menyakiti orang lain yang pasti akan mati.
Berbahagialah bersama mereka sehingga damai dalam kehidupan.
Jika
niat itu tulus, maka akan menghantarkan kepada kebebasan. Terbebas dari sifat
keduniawian yang membelenggu. Semua akan lepas. Terlepas dari sifat-sifat iri
dan dengki.
Keterikatan memang bagian dari hidup dan mati. Untuk
itu lepaskan ikatan itu, sehingga terlepas dari kepentingan yang terkadang
menghalalkan segala cara. Mulailah berpikir positif dengan siapa saja,
kapan saja, dan di mana saja. Karena pikiran ini lebih banyak manfaat tinimbang
mudaratnya. Jika semua itu dapat dilakoni, diyakini hidup akan senang dan mati
pun tenang
B. Rumusan Masalah
1. Hadist tentang tiga hal yang menyertai zenajah
2. Arti dari tiga hal yang menyertai zenajah
3. Bagaimana keluarga, harta, dan amal perbuatan zenajah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan hadist
tentang tiga hal yang menyertai zenajah dan apa saja tiga hal tersebut dalam
pembahasan makalah ini, maka kita akan mengetahuinya dengan membaca makalah
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Tiga hal yang menyertai jenazah
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di
dalam kitab shahihnya dari hadits Dari
Anas bin Malik RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan
satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya,
hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara
amalnya akan tetap menemaninya”.[1]
Hadits ini telah dijelaskan oleh Al-Hafiz Ibnu
Rajab Al-Hambali di dalam risalah yang sangat berharga, aku merangkum
penjelasannya dalam bahasan yang singkat ini: Dia berkata, “Dan tafsir hadits
ini adalah bahwa anak Adam mesti memiliki keluarga yang selalu bergaul dengan
dirinya, harta sebagai bekal hidupnya, dua shahabat ini selalu menyertainya dan
suatu saat akan berpisah dengannya. Maka orang yang berbahagia adalah orang
yang menjadikan harta sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah SWT, dan
menafkahkannya untuk kepentingan akhirat, dan dia mengambil harta itu sebatas
kebutuhan yang bisa menyampaikannya untuk kehidupan akherat, dia mencari istri
yang shalehah yang bisa menjaga keimanannya. Adapun orang yang menjadikan harta
dan keluarga yang menyibukkannya sehingga melalaikan Allah SWT maka dia temasuk
orang yang merugi, sebagaimana firman Allah SWT, tentang orang-orang Badui:
شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْلنَا
"Harta dan keluarga kami telah merintangi
kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami…”. (QS. Al-Fath: 11).
Allah
SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah harta-hartamu dan
anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi.. (QS.
Al-Munafiqun: 9).
Diriwayatkan Al-Hakim di dalam Al-Mustadrok
dari hadits Sahl bin Sa’d bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dan
berkata: Wahai Muhammad hiduplah sekehendakmu sebab engkau padsti akan mati,
cintailah siapa yang engkau kehendaki sebab engkau akan meninggalkannya, dan
berbuatlah apa yang engkau kehendaki sebab engkau akan mendapat balasannya,
kemudian dia berkata: Wahai Muhamad kemulian seorang mu’min ada pada saat
qiyamullail dan ketinggiannya pada ketidakbutuhannya pada manusia”.[2].
Maka apabila anak Adam mati, dan meninggalkan
dunia ini maka dia tidak mengambil mamfaat apapun dari keluarga dan hartanya
kecuali do’a keluarga baginya, permohonan ampun mereka untuk dirinya dan
perbuatan-perbuatan yang dijelaskan oleh syara’ yang bisa mendatangkan manfaat
untuk dirinya serta apa yang di kekluarkan dari hartanya untuk kebutuhan
dirinya. Allah SWT berfirman:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari dimana harta dan anak-anak
laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih”. Al-Asyu’ara:
88-89.
Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاء ظُهُورِكُمْ
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada
Kami sendiri-sendiri sebagaimana
kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami kurniakan kepadamu;…”.
(QS. Al-An’am: 94).
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab
shahihnya dari hadits Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Apabila anak Adam meninggal maka akan
terputus amalnya kecuali tiga hal: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanafaat dan
anak shaleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya”.[3]
Adapun
teman pertama adalah keluarga, maka keluaraga tidak akan memberikan manfaat
apapun baginya setelah kematiannya kecuali orang yang memintakan ampun baginya
dan berdo’a baginya seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya. Bisa jadi
keluaraganya tidak berdo’a baginya, sebab bisa jadi orang lain yang lebih jauh,
lebih memberikan manfaat bagi keluarganya, sebagaimana yang pernah diungkapkan
oleh orang-orang shaleh: Keluargamu sibuk membagi warisan yang telah engkau
tinggalkan, sementara ada orang lain yang bersedih dengan kematianmu dan
berdo’a untukmu pada saat dirimu berada di antara himpitan lubang-lubang dalam
tanah, dan di antara keluarga itu ada yang menjadi musuh bagimu, sebagaimana
firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya di antara istri-istrimu
dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu (QS. Al-Tagabun: 14).
Adapun teman yang kedua adalah harta, maka dia
tidak mengikuti pemiliknya dan tidak pula masuk ke dalam kuburnya, dan
kembalinya harta tersebut sebagai kalimat kiasan bahwa harta itu tidak menemani
pemiliknya di dalam kuburnya dan tidak masuk ke dalam liang kubur pemiliknya.
Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abi
Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Anak Adam berkata: Hartaku,
hartaku, Allah berfirman: Apakah engkau
memiliki harta wahai anak Adam kecuali apa yang engkau telah makan dan habis,
atau engkau pakai lalu rusak, atau engkau sedekahkan lalu engkau berlalu
membawanya dan apa-apa selain itu maka dia pergi dan ditinggalkan untuk orang
lain”.[4]
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadits
Abdullah bin Mas’ud RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapakah di antara kalian yang harta pewarisnya lebih dicintainya
daripada harta dirinya sendiri?. Para shahabat berkata: Wahai Rasulullah,
tidak ada seorangpun di antara kita kecuali hartanya lebih dicintainya. Beliau
bersabda: Sesungguhnya harta miliknya yang sebenarnya adalah apa yang telah
dipersembahkan (sebagai amal shaleh) sementara harta pewarisnya adalah apa yang
ditinggalkan”.[5]
Maka seorang hamba tidak akan mengambil
manfaat apapun dari hartanya kecuali apa yang dipersembahkannya untuk masa
depan dirinya di (akherat kelak) dan menafkahkan harta itu di jalan Allah SWT,
dan apa yang telah dimakan dan dipakainya, maka dia bukan bagian yang menjadi
miliknya (secara hakiki) dan bukan pula dosa baginya dalam pemanfaatannya.
Kecuali jika dia berniat dengan niat amal shaleh, maka dia akan diberikan
kepadanya pahala secara mutlak. Sebagian raja berkata kepada Abi Hazim yang
hidup zuhud: Kenapa kita membenci kematian?. Dia menjawab: Karena engkau mengagungkan dunia, engkau telah menjadikan hartamu di
hadapan kedua matamu maka engkau
pasti benci meninggalkannya dan seandainya engkau mempersiapkannya untuk
akheratmu niscaya engkau akan senang menggunakannya untuk mengejarnya.
Allah SWT berfirman:
لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya. (QS. Ali Imron: 92)
Dan Ibnu Umar tidak bangga kepada hartanya
kecuali apa yang telah dipersembahkannya sebagai amal shaleh karena Allah SWT,
sehingga pada suatu ketika pada saat dia menunggang seekor onta, lalu dia kagum
dengannya, maka diapun segera turun darinya dan mengaraknya dan menjadikannya sebagai
shadaqah di jalan Allah SWT.
Adapun teman yang ketiga: Dia adalah amal yang
mengikuti pemiliknya ke dalam kubur dan hidup bersamanya dalam kubur tersebut,
dia bersamanya pada saat dibangkitkan
menghadap Allah SWT. Amal itu menyertainya pada saat dikumpulkan di
padang mahsyar, di atas shirot, pada saat ditimbang dan dengan amal itu pula
seseorang akan memperoleh tingkat kedudukannya di surga atau di neraka. Allah
SWT berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
Barang siapa yang mengerjakan amal
yang saleh maka (pahalanya)untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat
jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-kali tidaklah Tuhanmu
menganiaya hamba-hamba (Nya). (QS. Fushilat: 46).
Allah SWT berfirman:
مَن كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ
Barang siapa yang kafir maka dia
sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barang siapa yang
beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang
menyenangkan), (QS. Al-Rum: 44)
Sebagian ulama salaf berkata tentang tafsir
ayat di atas atau mereka mempersiapkan bagi diri mereka kebutuhan di dalam
kubur mereka. Maka amal shaleh sebagai tempat yang menyejukkan bagi yang mengerjakannya di dalam kubur, di mana
saat di dalam kubur seorang hamba tidak memiliki apapun yang pernah
dinikmatinya selama di dunia seperti kasur yang empuk, bantal dan
ranjang-ranjang tidur namun setiap orang akan tidur dengan ranjang amal,
berbantal kebaikan atau keburukan. Maka orang yang berakal adalah orang yang
membangun rumah tempat dia menetap dalam jangka waktu yang panjang, walau
seandainya dia membangunnya dengan puing-puing rumahnya yang roboh yang akan
ditinggalkannya maka dia tidak akan merugi, bahkan dia beruntung.
Sebagian ulama salaf berkata, “Bekerjalah
untuk kepentingan duniamu sebatas lamanya masa kamu menetap padanya, dan
berbuatlah untuk akheratmu sebatas lamanya kamu tinggal padanya. Al-Hasan
berkata, “Seorang lelaki dari kaum muslimin mengikuti janazah saudaranya lalu
pada saat jenazah diturunkan di dalam liang kuburnya lelaki itu berkata: Aku tidak mengetahui yang mengikutimu dari
dunia ini kecuali tiga helai kain, demi Allah aku meningalkan rumahku dengan
barang-barang yang begitu banyak, demi Allah seandainya aku diberi kesempatan
untuk pulang kerumah niscaya aku akan sedekahkan rumahku untuk kepentingan
diriku. Al-Hasan berkata: Maka lelaki itupun kembali dan menyedekahkannya. Dan mereka tahu bahwa orang itu adalah Umar
bin Abdul Aziz”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam,
semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan
kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tiga hal yang menyertai jenazah maksudnya bahwa ketika manusia meninggal
tidak ada harta benda yang akan dibawa seperti harta kekayaan, suami istri, rumah,
tanah, pertanian, peternakan dll. Selain perbuatan yang baik yang akan dibawa
kedalam kubur dan akan membawa mereka masuk ke surge atau neraka.
Yang dimaksud tiga hal yang menyertai jenazah itu adalah
hartanya,keluarganya dan amalnya perbuatannya,maka akan kembali keluarga dan
hartanya dan tinggallah amal perbuatannya yang akan menemaninya.Maka jadikanlah
harta sebagai sarana untuk berzikir kepada Alloh SWT dan jadikanlah keluargamu
suatu keluarga yang soleh juga selalu mengerjakan amal saleh untuk dirinya
sendiri sebagai bekal nanti di akhirat.
B.Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan
banyak kekurangan,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari Dosen
mata kuliah ini sangat saya harapkan.
Semoga makalah ini sangat bermanfaat khususnya bagi saya yang menyusun, umumnya
bagi semua orang.
DAFTAR PUSTAKA
-
Ashqalani,Hafiz
Ibnu Dzar.Bulugul Marram.Semarang:Pustaka Alawiyah
-
Sahidu,Muzaffar.Terjemahan
Shahih Muslim,hal 670.2010.Karya Dr.Amin bin Abdullah
-
Filsafat
kompasiana.com/2012/08/25/Mati adalah awal kehidupan
-
Shabir,Muslich.Terjremahan
Riyadus Shalihin.2004.Semarang.Karya Toha Putra