BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan, baik pembelajaran formal maupun
pembelajaran informal, diarahkan untuk menggapai tujuan pendidikan. Menurut
Muhammad Amin, pendidikan sejatinya tidak hanya mencakup dimensi akal, tetapi
juga merambah dimensi badan, perasaan, kehendak, dan seluruh unsur kejiwaan
manusia serta bakat-bakat dan kemampuannya. Dengan demikian, pendidikan
merupakan upaya untuk mengembangkan bakat dan kemampuan individual, sehingga
potensi-potensi kejiwaan itu dapat diaktualisasikan secara sempurna.
Lebih
jauh, Abuddin Nata menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah membina manusia
agar menjadi khalifah Allah di muka bumi. Akan tetapi, implementasi tujuan
pendidikan tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi suatu
masyarakat, terutama peserta didik. Dengan demikian, implementasi tujuan
pendidikan tersebut disesuaikan dengan bakat dan keahlian yang dimiliki oleh
masing-masing peserta didik.
Untuk
mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan, diperlukan suatu
startegi dan teknik yang sering dikenal dengan metode pembelajaran. Secara
definitif, metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang
sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan
Telah kita ketahui bersama tentang pentingnya “tafaqquh fid diin“.
Terlebih lagi di zaman sekarang, ilmu agama semakin sedikit orang yang
mempelajarinya, sehingga yang banyak adalah orang-orang jahil namun mengaku berilmu.
Ilmulah yang akan melindungi kita dari badai fitnah yang terus melanda.Tidak
diragukan lagi bahwa menuntut ilmu syar’i merupakan amal yang sangat mulia,
bahkan ganjaran bagi orang yang menuntut menuntut ilmu sama halnya dengan orang
yang pergi berjihad di jalan Allah sampai ia kembali. Namun perbuatan yang
mulia ini, jika tidak diiringi dengan metode belajar yang benar, akan menjadi
tidak teratur dan semrawut, serta hasil yang didapat pun tidak akan maksimal.
Maka dari itu sangat penting bagi setiap penuntut ilmu untuk memperhatikan
bagaimanakah cara belajar yang semestinya ditempuh.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaiman hadis mengenai belajar secara bertahap?
2. Apa saja tahapan belajar dalam hadis tersebut?
3. Apa keutamaan belajar secara bertahap?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hadist mengenai cara mengajar secara bertahap
2.Untuk mengetahui tahapan belajar dalam hadis tersebut
3. Untuk mengetahui Keutamaan belajar secara bertahap
BAB II
PEMBAHASAN
1.Hadits Cara Mengajar Secara Bertahap
Hadits dan Terjemah
ﺤﺪﺜﻨﺎ ﺍﻤﻴﺔ ﺍﺒﻦﺑﺴﻁﺎﻢ ﺤﺪﺜﻨﺍ ﻴﺯﻴﺪ ﺒﻦ ﺯﺮﻴﻊ ﺤﺪﺜﻨﺎ ﺭﻭﺡ ﺑﻦ ﺍﻠﻘﺎﺴﻢ ﻋﻦ ﺍﺴﻤﺎﻋﻴﻞ ﺒﻦ ﺍﻤﻴﺔ ﻋﻦ ﻴﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﻋﺑﺪ ﷲ ﺑﻦ ﺼﻘﻲ ﻋﻦ ﺍﺑﻲ ﻤﻌﺑﺪ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺑﺎﺲ ﺮﺿﻲﷲﻋﻨﻬﻤﺎ ﺍﻦ ﺭﺴﻭﻞﷲ ﺻﻟﻰﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻡ ﻟﻤﺎﺑﻌﺚ ﻤﻌﺎﺫﺍ ﺮﻀﻲﷲﻋﻨﻪ ﻋﻟﻰﺍﻠﻴﻤﻦ ﻘﺎﻞ ﺍﻨﻚ ﺘﻘﺩﻢ ﻋﻟﻰﻘﻭﻢ ﺍﻫﻞ ﻜﺗﺎﺏ ﻔﻟﻴﻜﻦ ﺍﻭﻞ ﻤﺎﺘﺪﻋﻮﻫﻢ ﺍﻟﻴﻪ ﻋﺑﺎﺪﺓ ﺍﷲ ﻔﺈﺬﺍ ﻋﺭﻔﻭﺍ ﺍﷲ ﻔﺄﺨﺑﺭﻫﻡ ﺍﻦﷲ ﻘﺪ ﻓﺭﺽ ﻋﻠﻴﻬﻡ ﺧﻣﺱ ﺼﻠﻭﺍﺕ ﻓﻲ ﻴﻭﻤﻬﻡ ﻭﻠﻴﻠﺗﻬﻡ ﻓﺈﺫﺍ ﻓﻌﻠﻭ ﻓﺎﺨﺑﺮﻫﻡ ﺍﻦﷲ ﻓﺭﺽ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺯﻜﺎﺓ ﻤﻦ ﺍﻤﻭﺍﻟﻬﻡ ﻭﺗﺭﺩ ﻋﻟﻰ ﻓﻘﺭﺍﺋﻬﻡ ﻓﺈﺬﺍ ﺃﻄﺎﻋﻭﺍ ﺑﻬﺎ ﻓﺧﺬ ﻤﻧﻬﻡ ﻭﺘﻭﻖ ﻛﺭﺍﺌﻡ ﺍﻤﻭﺍﻞ ﺍﻠﻧﺎﺱ
Artinya:
Dari ibnu Abbas ra. Berkata: sesungguhnya rasulullah
bersabda: beliau mengutus mu’adz ra. Ke yaman. Beliau bersabda: sesungguhnya
kami mendatangi masyarakat ahli kitab, maka hendaknya yang pertama kali ajaran
yang kamu serahkan kepada mereka adalah kepada Allah. Lalu jika mereka
mengenang allah, lalu beritahukan mereka bahwa Allah telah mewajibkan shalat
kepada mereka lima kali sehari semalam, lalu apabila mereka sudah melaksanakannya
maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka membayar
zakat hartanya, dan zakat itu di berikan kepada fakir-miskin di antara mereka.
Kemudian apabila mereka telah mematuhinya maka terimalah dari mereka,
berhati-hatilah jangan sampai kamu mengambil harta kesayangan mereka.
. Sanad Hadits
ﺭﺴﻭﻞﷲ ﺻﻟﻰﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻡ
ﺍﺑﻦ ﻋﺑﺎﺲ
ﺍﺑﻲ ﻤﻌﺑﺪ
ﻴﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﻋﺑﺪ ﷲ ﺑﻦ ﺼﻘﻲ
ﺍﺴﻤﺎﻋﻴﻞ ﺒﻦ ﺍﻤﻴﺔ
ﺭﻭﺡ ﺑﻦ ﺍﻠﻘﺎﺴﻢ
ﻴﺯﻴﺪ ﺒﻦ ﺯﺮﻴﻊ
ﺍﻤﻴﺔ
ﺍﺒﻦﺑﺴﻁﺎﻢ
.
. Asbabul Wurud
Hadist di atas
terjadi ketika nabi Muhammad mengutus sahabat mu’adz bin jabal untuk berdakwa
di yaman pada tahun 10 hijriyah, menjelang haji wada’, di mana sekitar empat
bulan lagi beliau wafat. Mu’adz tidak di tugaskan untuk tidak mengajarkan agama
islam secara sekaligus, melainkan secara bertahap dan tanpa adanya paksaan.
2.
Tahapan Belajar Menurut Hadist Tersebut
Dalam hadits
tersebut terkandung beberapa pelajaran penting yang harus di ketahui oleh semua
orang yang beriman, terutama para mahasiswa dan dosen, mengenai keteladanan
rasulullah dalam menggunakan metodelogi pengajaran di antaranya:
1.
Metode graduasi (Al-Tadarruj), Metode ini merupakan metode
Al-Qur’an dalam membina masyarakat. Demikian pula dalam menanamkan aqidah,
dakwa dan pengajaranini di sampaikan secara bertahap dan memerlukan tahap
matang dan di sesuaikan dengan kemampuan daya tangkap masyarakat atau tingkatan
pengertian mereka. Namun tampaknya metode ini dalam pendidikan nabi SAW. Bukan
karena secara graduasi melainkan juga merupakan kebijaksanaan nabi SAW. Sendiri
dalam pendidikan, hal ini di harapkan oleh peserta didik mengerti dan segera di
laksanakan.
2.
Materi dakwah dan pengajaran pokok yang di sampaikan adalah
mengenai keimanan, setelah itu rasulullah SAW. Menuntun mengucapkan kalimat
syahadat.
3.
Setelah masyarakat beriman barulah rasulullah memberikan
konsekuensi syahadat bahwa syahadat itu mewajibkan sholat lima waktu sehari
semalam, kesadaran menunaikan ibadah menjadi bukti kebenaran mereka kepada
Allah.
4.
Tahap berikutnya pemberitahuan kewajiban menbayar zakat
hartanya, di mana hal itu merupakan kesadaran bentuk rasa tanggung jawab
sosialdan itu menjadi bukti kebenaran islam.
5.
Hadist tersebut mengandung pengertian bahwa para guru tidak
boleh memaksa anak didiknya dan menyesuaikan dengan kemampuan pola pikir mereka
Dalam hadist ini terdapat pelajaran tentang tahapan dalam
berdakwah dan mempelajari ilmu, yakni memulai dari yang paling penting kemudian
dilanjutkan perkara penting yang di bawahnya.
Hal yang paling penting dan mendesak dipelajari saat ini adalah
ilmu tauhid, karena tauhidlah sumber kebahagiaan dunia dan akherat. Selain itu,
kenalilah lawan dari tauhid yaitu syirik dengan perinciannya. Juga imu tentang
aqidah yang mencukup keenam rukun iman. Demikian pula perkara-perkara ibadah wajib
maupun sunnah yang rutin dikerjakan siang dan malam, serta perkara-perkara yang
berhubungan dengan muamalah.
Dasar Tasyri/Dasar
Hukum dalam Al-Qur’an
Dalam firman Allah
yang menjelaskan tentang guru yang tidak boleh memaksa anak didiknya dan
menyesuaikan dengan kemampuan pola pikir mereka di antaranya adalah:
a. surat Al-Baqarah
: 256
Iw on#tø.Î) ’Îû ÈûïÏe$!$# ( ‰s%
tû¨üt6¨?
߉ô©”9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$#
4 `yJsù öàÿõ3tƒ ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãƒur «!$$Î/
ωs)sù y7|¡ôJtGó™$# Íouróãèø9$$Î/
4’s+øOâqø9$# Ÿw
tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ìì‹Ïÿxœ îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ
Artinya :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu
Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka
Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak
akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
b. surat An-Nahl :
125
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™
y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd
ß`|¡ômr& 4
¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/
¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#‹Î6y™ (
uqèdur
ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya :
Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
3.
Keutamaan Belajar Secara Bertahap
Dalam menuntut ilmu sangat dibutuhkan kesabaran. Seseorang yang
tidak sabar dalam menuntut ilmu, kerapkali berbuntut pada kebosanan dan dan
akhirnya putus di tengah jalan. Semangatnya begitu membara di awal, tetapi
setelah itu padam tanpa bekas. Apa masalahnya? Di antara masalahnya adalah
metode menuntut ilmu yang tidak tepat, pembelajaran yang tidak berjenjang, dan
tidak memprioritaskan penguatan kaidah dasar. Semestinya, seseorang mengambil
ilmu sedikit demi sedikit sesuai dengan kadar kemampuannya, tentu saja disertai
dengan semangat juang yang tinggi. Seseorang yang menuntut ilmu ibarat menaiki
sebuah tangga. Untuk bisa mencapai bagian puncak dari tangga tersebut, maka dia
harus memanjat dari bawah terlebih dahulu. Jika ia memaksakan untuk langsung
menuju puncak, maka niscaya dia tidak akan mampu atau akibatnya dia akan
celaka.
Ketahuilah, jika seseorang tergesa-gesa dalam menuntut ilmu,
niscaya dia justru akan kehilangan seluruhnya, karena ilmu didapat seiring
dengan berjalannya siang dan malam, setahap demi setahap dengan penuh
kesabaran, bukan sekali dua kali duduk di manjelis atau sekali dua kali baca.
Oleh karena itu para ulama sering menjelaskan :
“Barangsiapa
yang tidak menguasai materi-materi ushul (pokok/dasar), dia tidak akan
memperoleh hasil”
Para ulama juga sering mengingatkan :
“Barangsiapa
yang mempelajari ilmu langsung sekaligus dalam jumlah yang banyak, akan banyak
pula ilmu yang hilang” [Dinukil dariHilyatu tholibil ‘ilmi, Syaikh
Bakr bin Abdillah Abu Zaid hafidzahullah]
Maka dengan belajar secara bertahap ilmu akan mudah untuk dipahami
karena sesuai dengan pola pikir dan perkembangan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam menuntut ilmu sangat dibutuhkan
kesabaran. Seseorang yang tidak sabar dalam menuntut ilmu, kerapkali berbuntut
pada kebosanan dan dan akhirnya putus di tengah jalan. Semangatnya begitu
membara di awal, tetapi setelah itu padam tanpa bekas. Apa masalahnya? Di
antara masalahnya adalah metode menuntut ilmu yang tidak tepat, pembelajaran
yang tidak berjenjang, dan tidak memprioritaskan penguatan kaidah dasar.
Semestinya, seseorang mengambil ilmu sedikit demi sedikit sesuai dengan kadar
kemampuannya, tentu saja disertai dengan semangat juang yang tinggi. Seseorang
yang menuntut ilmu ibarat menaiki sebuah tangga. Untuk bisa mencapai bagian
puncak dari tangga tersebut, maka dia harus memanjat dari bawah terlebih
dahulu. Jika ia memaksakan untuk langsung menuju puncak, maka niscaya dia tidak
akan mampu atau akibatnya dia akan celaka
Pendidikan Adalah
Usaha Untuk Membentuk Kepribadian Dengan Metode Yang Benar. Rasulullah telah
bersungguh-sungguh mendidik sahabat dan generasi muslim, hingga mereka memiliki
kesempurnaan Akhlak dan ilmu pengetahuan.
Tahapan dalam berdakwah dan mempelajari ilmu, yakni memulai dari
yang paling penting kemudian dilanjutkan perkara penting yang di bawahnya.Hal
yang paling penting dan mendesak dipelajari saat ini adalah ilmu tauhid, karena
tauhidlah sumber kebahagiaan dunia dan akherat. Selain itu, kenalilah lawan
dari tauhid yaitu syirik dengan perinciannya. Juga imu tentang aqidah yang
mencukup keenam rukun iman. Demikian pula perkara-perkara ibadah wajib maupun
sunnah yang rutin dikerjakan siang dan malam, serta perkara-perkara yang
berhubungan dengan muamalah.
Sebagai seorang guru muballigh di dalam mengajar atau
berdakwah harus menyesuaikan dengan kemampuan daya tangkap masyarakat yang di
hadapinya dengan menggunakan bahasa, istilah yang di mengerti,sehingga
masyarakat dapat dengan mudah mencerna pengajaran dan dakwah yang telah
disampaikan janganlah sekali-kali memaksakan apa yang mereka tidak mampu dan
mengikuti contoh yang di Berikan oleh nabi.
Kemudian dalam
islam pula tidak dibenarkan mempersulit masalah dan seolah-olah kaku dalam
pengajaran yang menjadikan kesan fanatik padahal islam adalah agama yang
fleksibel yang setiap orang bisa menjalankan setiap ajaran dan pengetahuan
dalam islam karena islam menganjurkan untuk mempermudah dan tidak mempersulit
dalam dakwah dan pengajaran sehingga masyarakat senang dengan pengajaran yang
disampaikan dan tidak membuat masyarakat menjadi bingung menjalankan syari’at
serta pengetahuan dalam islam hanya karena adanya sedikit masalah.
B.Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
dari dosen pengampu dan mahasiswa sangat kami harapkan